Selasa, 12 Desember 2017

5 Mahasiswa Ini "Sulap" Biji Durian Menjadi Plastik Ramah Lingkungan

Keprihatinan penggunaan kantong plastik | spunbond sablon


spunbond sablon


Selain kekuatanya sama dengan kantong plastik seperti umumnya, bioplastik biji durian ini juga dapat terurai. Kelebihan lainya, bioplastik biji durian ini tahan terhadap suhu panas. 

"Kedepan harapannya bisa diproduksi massal, tapi ini masih perlu penelitian lebih lanjut," ujarnya.

Tepung yang sudah jadi dicampur dengan sejumlah bahan kimia antara lain low density polyethylene (LDPE), kemudian maleic anhydride (MA), lalu inisiator (Perbutyl D dan Perbutyl Z). Setelah dicampur lalu di cetak dengan alat laboplastomill dan hot press di Lipi Bandung.

"Dari 50 gram dapat menghasilkan lembaran bioplastik sebanyak 3-4 lembar ukuran 13X13 cm," katanya. 

Ia menjelaskan, proses pembuatan bioplastik adalah dengan merendam biji durian dalam air kapur selama 2-3 hari untuk menghilangkan getah. Setelah direndam biji tersebut lalu dijemur selama 1 hari. 

"Biji durian lalu diambil patinya yang berwarna putih kecoklatan. Lalu diolah menjadi tepung, disaring dan dioven selama 30 menit," urainya. 

Pati tersebut, lanjut dia, berfungsi sebagai pengisi (filler) pada campuran agar kerapatan bioplastik menjadi tinggi. Sehingga meningkatkan kekuatan daya tarik plastik. 

"Kita melakukan penelitian sejak 2014 lalu," ujarnya. 

"Lebih tinggi dari singkong yang sekitar 20 persen. Kalau biji durian hampir 50 persen," sebutnya.

Dari kegelisahan itulah, ia dan ke empat temannya mencoba mencari solusi dengan membuat bioplastik yang mudah terurai. 

"Kita langsung kepikiran mencari solusi, dan menemukan bahan untuk membuat bioplastik yakni biji durian," ucapnya.

Dia mengungkapkan, dipilihnya biji durian karena memiliki kandungan pati (tepung halus) yang cukup tinggi. Kadarnya hampir 50 persen dari beratnya. 

Fajar Bayu yang merupakan ketua tim mengatakan, awalnya ia dan keempat temannya merasa prihatin dengan penggunaan kantong plastik yang semakin meningkat sehingga menghasilkan banyak tumpukan sampah. 

"Sampah plastik terus menumpuk dan meningkat. Padahal plastik terbuat dari bahan yang sulit terurai (non-degradable) dan tentu itu menimbulkan persoalan lingkungan," ujar Fajar Bayu, Jumat (11/3/2016).

Kelima mahasiswa tersebut adalah Fajar Bayu Prakoso, Andika Cahya Widyananda, Annisa Fakhriyah Rofi, Dyah Ayu Permatasari, dan Aditya. 

Berawal dari keprihatinan penggunaan kantong plastik yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, lima mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) menciptakan Bioplastik. Bahannya pun cukup unik yakni biji buah durian. 

Masyarakat Akan Menyesuakan Kebijakan Cukai Kantong Plastik | spunbond sablon



Meski demikian, kata Berly, pemerintah sejatinya menyasar kepada supermarket itu sendiri. Sebab, bagi supermarket yang tidak menggunakan kantong plastik tidak ramah lingkungan, maka akan ada pengenaan cukai lebih.

"Itu kerjasamanya mesti dengan supermarket. itu supermarket yang measti dijaga kalau mereka yang nggak biogradable itu kena tarif lebih. Di Indonesia itu masih renda sebenernya," pungkasnya.

Dengan kondisi itu, pemerintah dianggap tidak perlu terlalu khawatir jika masyarakat akan menolak kebijakan itu. Kalaupun menolak, masyarakat akan secara spontan membawa kantong belanja sendiri.

"Ya mereka akan adjust (penyesuaian). Kalau mepet dia akan bawa dari rumah. Di Belanda mereka bawa dari rumah," kata dia kepada JawaPos.com di Jakarta, Jumat (18/8).

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pengenaan tarif cukai terhadap produk kantong plastik perlu dikembalikan kepada konsumen. Kesiapan konsumen menjadi salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan untuk mensubtitusi produk kanotng plastik.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Berly Martawardaya mengatakan, masyarakat nantinya akan melakukan penyesuaian terhadap penerapan kebijakan tersebut.


Pemerintah Akan Tarik Cukai Kantong Kresek Rp 100 per Lembar? | spunbond sablon



Tidak, jauh dari Rp 200 per lembar. Bisa juga (Rp 100 per lembar) karena kan bukan semua tas kresek disamakan tarifnya. Yang environment friendly dikasih tarif lebih rendah kepada perusahaan atau pabrik ramah lingkungan," tuturnya.

Dia menegaskan, saat ini usulan objek cukai baru hanya kantong kresek, dan secara bertahap ditujukan untuk kemasan plastik makanan minuman. "Cuma kresek saja. Tapi nanti bertahap," ujarnya.

Diakui Heru, tarif cukai kantong plastik berkisar Rp 100 per lembar, bukan Rp 200 seperti kebijakan kantor plastik berbayar sebelumnya.

"Kita akan bicara dengan Komisi XI karena sudah diagendakan. Nanti dibahas di sela-sela pembahasan RUU APBN 2018, dan revisi UU lainnya. Kita berharap bisa segera diputuskan, sehingga bisa dapat duitnya (penerimaan)," kata Heru di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (11/10/2017).

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan terus berupaya menggolkan pungutan cukai kantong plastik di tahun ini. Rencananya, pemerintah akan menarik tarif cukai kresek sekitar Rp 100 per lembar.

Dirjen Bea dan Cukai, Heru Pambudi akan membahas pengenaan tarif cukai kantong plastik kepada Komisi XI DPR. Dia masih berharap, cukai ini dapat ditarik pada 2017.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar