Minggu, 19 November 2017

Olah Limbah Gelas Plastik Menjadi Tas Cantik

Belajar mengolah sampah menjadi kerajinan bernilai | goody bag company

goody bag company


”Ada banyak kelompok. Lumayan, hitung-hitung mencari tambahan penghasilan,” ujarnya malu-malu. Pengakuan yang sama juga diungkapkan Anik. Perempuan berumur 42 tahun ini mengatakan, sudah enam bulan ini ia menggeluti kerajinan membuat tas cantik berbahan limbah plastik. ”Kalau membuatnya utun(konsisten) bisa dapat banyak. Ya memang lumayan untuk menambah penghasilan,” ujar Anik. 

”Ada yang khusus menggunting bahan dan merangkai. Proses yang agak lama saat menggunting bahan menjadi gelang plastik,” aku Anis. Perempuan berumur 24 tahun ini juga menyebut, keuntungan yang didapat dari kerajinan ini cukup lumayan. Hanya memang, produksi tak bisa cepat lantaran masih dalam tahap belajar. 

”Untuk pemasaran, memang butuh bantuan dari pemerintah daerah. Harapan kami, Pemkot Mojokerto juga peduli dengan pemasarannya,” ucapnya. Anis, salah satu penghuni wisma di Balongcangkring, mengaku, setelah mendapatkan pelatihan, dia membentuk kelompok untuk memproduksi tas cantik itu. Beranggotakan tujuh orang, dalam sehari mereka bisa menghasilkan 2–3 buah tas. 

Bahan baku itu dibeli dari para pemulung yang masih satu lingkungan di bawah Yayasan Mojopahit. ”Saling menguntungkan. Satu sisi menyuplai bahan baku, yang lainnya membeli,” tukasnya. Dia mengatakan, membuat kerajinan dari bahan limbah kini menjadi tren. Karena itu, dia sengaja memberikan pelatihan ini kepada penghuni wisma di Balongcangkring agar bisa memanfaatkan peluang. 

Setelah dipilah sesuai warna, gelang plastik itu lantas dirangkai dengan benang plastik aneka warna. ”Lalu diberi kain dan aksesori lain sehingga menjadi tas yang pantas untuk dipakai. Tidak tampak seperti berbahan limbah,” ujarnya. Sejauh ini warga Balongcangkring tak pernah mendapati kesulitan mendapatkan bahan baku. Maklum, kata dia, penghuni lokasi ini banyak yang berprofesi sebagai pemulung. 

Ini bisa dijual dengan harga Rp75.000–Rp100.000. Saat ini ada banyak permintaan hingga mereka kewalahan memenuhinya,” ujarnya. Mantan anggota DPRD Kota Mojokerto ini lantas menjelaskan proses pembuatan tas cantik dari limbah gelas plastik minuman ringan itu. Gelas plastik hanya diambil bagian atas yang berbentuk bulatseperti gelang. 

”Ini salah satu pelatihan yang dilakukan untuk para PSK,” ungkap Drajat Stariadji, salah satu pengurus Yayasan Mojopahit. Kerajinan ini dianggap bisa memberikan nilai tambah terhadap penghuni pondok sosial itu. Menurutnya, sejak pelatihan pertama membuat tas cantik itu, ada banyak order dari salah satu pengusaha di Lamongan. ”Untuk satu tas menghabiskan biaya sekitar Rp40.000. 

Siang itu mereka belajar mengolah sampah menjadi kerajinan bernilai. Para PSK tampak antusias belajar membuat tas cantik yang terbuat dari bekas gelas plastik berbagai merek minuman. Beberapa dari mereka sudah enam bulan ini menggeluti usaha kerajinan itu. Bahkan, mereka yang sudah mahir membuat tidak segan memberikan arahan kepada mereka yang baru menerjuni kerajinan ini. 

Salah satu sudut ruangan di lingkungan Yayasan Mojopahit, Kelurahan Mentikan, Kecamatan Prajuritkulon, Kota Mojokerto, siang kemarin tampak ramai. Persis di depan masjid, lokasi yang kerap disebut Balongcangkring itu, berkerumun para tunasusila (PSK) dan aneka tuna lainnya, seperti tunawisma dan tunakarya. 


Peminat Produk Daur Ulang Masih Minim | goody bag company




“Kami berharap dengan adanya pameran produk kerajinan dari daur ulang sampah ini, masyarakat bisa lebih peduli lagi menjaga lingkungan. Sebab, untuk menjaga lingkungan itu berawal dari diri sendiri. Lingkungan juga menjadi cerminan kecantikan wanita. Wanita yang cantik tidak hanya merawat dirinya, tapi juga merawat lingkungan sekitarnya,” ucapnya.  

Advertising & Promotion Supervisor, Plaza Medan Fair, Tri Wahyudi, mengatakan, pameran kerajinan daur ulang sampah ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka merayakan Hari Kartini dan Hari Bumi yang jatuh setiap April. Pameran ini sebagai bentuk kepedulian terhadap perempuan dan lingkungan. 

“Tantangan membuat produk daur ulang sampah ini soal pemilahan sampah rumah tangga. Mestinya ini jadi bagian peran pemerintah untuk menyosialisasikannya. Sebab, ada sampah yang bisa didaur ulang, dan ada juga sampah yang tidak bisa diolah. Misalnya pembalut wanita, puntung rokok, popok bayi yang tidak higienis. Begitu pun baterai, bola lampu karena ada mercuri dan air raksa,” katanya. 

“Masyarakat harus tahu kalau produk yang kami hasilkan berasal dari sampah yang sudah melalui proses pembersihan. Jika masyarakat ikut serta membeli produk ini, berarti mereka ikut mempromosikan usaha pengurangan sampah yang kembali ke alam. Kami juga akan terus meningkatkan kualitas, dan jenis produk yang dihasilkan agar lebih bisa diterima masyarakat,” ujarnya. Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat menyosialisasikan mengenai pemilahan sampah di rumah tangga masyarakat, sehingga sampah yang sudah dipilah dapat diproses menjadi produk cantik. 

Dia mengaku sejauh ini peminat produk dari daur ulang sampah masih minim, karena masyarakat menganggap produk dari sampah tidak terjaga kebersihannya. Selain itu, masyarakat masih menganggap enteng dengan produk yang dihasilkan dari sampah, karena sampah bahan baku yang tidak dibeli. Padahal, produk daur ulang yang dihasilkan perajin bank sampah dijamin kebersihannya. 

“Selama ini masyarakat tidak mengetahui kalau sampah sebenarnya bisa menjadi produk yang cantik dan punya nilai jual. Makanya, selain pameran, kami juga membuat pelatihan bagi siapa saja yang mau selama pameran. Supaya masyarakat mengerti bahwa sampah punya nilai ekonomis yang bisa menambah pendapatan di keluarganya,” katanya. 

Armawati menjelaskan, produk kerajinan dari daur ulang sampah yang dipamerkan merupakan hasil kerajinan 15 bank sampah dari 60 bank sampah yang ada di bawah naungan Paguyuban Bank Sampah Kota Medan. Melalui pameran ini dia berharap masyarakat bisa mengenal bahwa sampah yang dihasilkan dari rumah sendiri, juga bisa menjadi produk yang cantik dan punya nilai jual. 

“Semakin sulit dan lama membuatnya, maka harganya semakin tinggi. Misalnya tas yang terbuat dari kertas yang sudah dibuburi. Untuk membuat tas itu kertasnya dibuburi terlebih dahulu. Proses menjadi bubur sebelumnya direndam, diblender, lalu dikeringkan. Membuatnya butuh waktu dua pekan, makanya harganya mencapai ratusan ribu rupiah,” ujar Ketua Paguyuban Bank Sampah Kota Medan, Armawati Chaniago, di lokasi pameran, kemarin. 

Produk yang dibanderol mulai dari Rp5.000 hingga ratusan ribu rupiah itu terbuat dari sampah yang sudah melalui proses pembersihan, seperti kain perca, karung, kertas, plastik, botol, dan lainnya. 

Bagi masyarakat yang ingin mengetahui bagaimana cara membuat kerajinan daur ulang sampah juga bisa mengikuti pelatihan di lokasi pameran. Berbagai produk kerajinan tangan dari daur ulang sampah yang dipamerkan antara lain tas tangan, aneka aksesori, guci, celengan, aneka bunga, gantungan kunci, dan sepatu. 

Puluhan produk kerajinan berbahan dasar daur ulang sampah yang berasal dari 15 bank sampah di Kota Medan, dipamerkan di atrium lantai satu area gedung baru Plaza Medan Fair, sejak kemarin hingga 26 April 2015. 


Mahasiswa ITS Rancang Tas Dari Sampah Plastik | goody bag company



Terkait potensi pemasarannya, ia menilai cukup bagus, karena produk awal Tim BUTIK bisa laku 40 produk berupa tas wanita, dompet STNK dan bros. "Konsumen dari produk BUTIK meliputi remaja dan orang tua, bahkan ada pesanan dari Jepang," ujarnya.

Hal itu, katanya, tidak terleoas dari berbagai cara pemasaran yang dilakukan, mulai poster, "X banner", kartu nama, katalog produk, facebook, twitter, hingga iklan online (kaskus, olx).

Selain itu, pihaknya juga melakukan pemasaran langsung, seperti di Kampus ITS Surabaya, Gedung Graha ITS Expo, Bank Sampah Karya Mandiri Jombang, Pasar Malam Minggu Jalan Pakuwon City Surabaya, dan "Car Free Day" Taman Bungkul Surabaya.

Menurut dia, keunggulan tas "Butik" adalah unik, ramah lingkungan ("green product"), jumlah barang terbatas (kerajinan), dan harganya terjangkau yakni Rp15.000 hingga Rp80.000, sedangkan produk lain bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp500.000.

"Konsumen juga bisa menginginkan desain tertentu sesuai keinginannya atau desain khusus, lalu Tim BUTIK akan mendesain tas yang benar-benar unik dan khusus mereka," tuturnya.

"Karena itu, kami melakukan daur ulang sampah plastik menjadi bahan dasar pembuatan aneka macam aksesoris dan tas wanita yang estetik, trendy, dan memiliki nilai jual yang tinggi," ucapnya.

Berangkat dari hal itu, inovasi pembuatan aksesoris dan tas wanita pun muncul. "Bahan yang dibutuhkan antara lain plastik kresek, kain tisu, kain furing, bahan tas, resleting, dan benang jahit, lalu semuanya dibuatkan berbagai macam desain dan dijahit," paparnya.

Sampah plastik merupakan masalah yang sering dijumpai, karena Indonesia tercatat sebagai pemakai 100 miliar plastik per tahun," kata anggota Tim ITS M Ainun Taimiyah Indra kepada Antara di Surabaya, Jumat (15/8).

Selain Ainun dari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi pada Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITS, Tim "Butik" juga melibatkan tiga mahasiswa lainnya dari jurusan yang berbeda.

Ketiganya adalah Elok Dian Karisma Pagri Anisa dari Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) ITS; Roni Vayayang dari Teknik Elektro FTI ITS; dan Arifa Tantri Wijayanti dari Desain Interior FTSP ITS.

Didampingi ketiga rekannya, Ainun menjelaskan salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah plastik adalah melakukan daur ulang menjadi sesuatu yang berharga dan menghasilkan uang.

Tim mahasiswa ITS Surabaya merancang tas dari olahan (daur ulang) sampah kantong plastik yang dinamakan "Butik" atau singkatan dari "buntelan" (bungkusan) plastik.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar